Al anshori Zein revolusi, putra tercinta ayah dan ami. Aggaplah ini sebuah surat cinta yang ayah bacakan dari isi hati orang tuamu. Tentang rasa bahagia yang tak tergambar oleh apapun,curahan ini sama sekali tak mewakili sepenuhnya tentang apa yang ada dihati kami, jika harus ditulis dalam sebuah kertas, entah berapa juta lembar kertas yang dibutuhkan untuk menulis rasa syukur dan bahagia memilikimu.
Putraku,putra cercinta ayah dan ami. Kau bukan hanya buah hati kami. Kau adalah inti kehidupan kami. Inti jantung kami. Tidak berlebihan, sungguh tidak berlebihan. jantung ayah pernah berhenti berdetak sesaat saat kau menangis menjerit merengek tergigit serangga karena kelalayan mengawasimu. Jantung ami pernah berhenti berdetak sejenak saat melihatmu jatuh tersungkur didepan rumah saat lalai mengawasimu belajar berjalan. Dan masih banyak kejadian yang membuat jantung kami berhenti beberapa detik karena melihat kau menangis berkali kali. Kami tak kuasa melihat putra kesayangan kami berada dalam kesakitan dan jeritan. Tapi apa daya, itu selalu terjadi berulang. Maafkan kami akan hal itu.
Putraku, entah di usia berapa kau akan memahami isi surat ini, tapi kami yakinkan, disaat kau melihat surat ini kau sudah bisa berpikir dewasa. Saat itu tiba,tanyakan pada dirimu sendiri, apakah kau tumbuh dengan bahagia? Apakah ayah dan ami masih ada disampingmu saat kau melihat video ini ? pertanyaan tentang kebahagiaanmu adalah ketakutan ayah dan ami jauh sbelum engkau lahir. Apakah ayah dan ami bisa membesarkanmu dalam kesejahteraan dan kebahagiaan? Kami rasa ini adalah perasaan semua orang tua di muka bumi ini. Kami takut sekali. Puncak kehawatiran ayah adlah disaat tengah malam, amimu dengan segenap perjuangan antara hidup dan mati meronta menahan rasa sakit yang tak terbayangkan berusaha meahirkanmu. Ayah khawatir apa kau bisa hidup jika tiba tiba amimu harus mengorbankan nyawanya demimu, apakah kau bisa hidup tanpa amimu sepanjang hayatmu? apa ayah bsa membesarkanmu tanpa amimu. Atau kau yang akan meninggalkan kami. Rasa kekhawatiran dan ketakutan it uterus menghantui. Tapi kau selamat. Ami selamat. Sunggguh itu kekhawatiran yang sangat semu. Sungguh, ternyata amimu adalah sosok wanita yang amat kuat. Kuat dalam segala hal. Kau lahir dengan tangisan dan keselamatan,kami sambut dengan sukacita kebahagiaan. Kekhatairan ayah tentag smua itu hilang saat kau berada dalam pelukan. Amimu seperti tak merasakan sakit apapaun saat ia menggendongmu pertama kali. Rahimnya masih dalam robekan robekan. Kau menutup dan mengobatinya dengan tangis suara yang merdu di pertengahan malam akhir agustus.
Saat ayah dan ami menulis surat ini, kau berusia 1 tahun. Usia yang sangat amat masih belia yang membutuhkan perjuangan lebih dalam menjagamu. Maafkan kami, jika selama satu tahun ini, ada saat ayah dan ami merasa kelelahan setelah pulang bekerja dan tidak sempat langsng mengajakmu bermain mengacak acak lemari bajumu seprti rutinitas yang selalu kita lakukan. Maafkan kami jika sempat kelelahan mengajakmu mencari burung disawah pinggirr rumah kita.maaf kan kami jika sempat kelelahan menemanimu memanjat jendela dikamar dan maafkan ayah jika sempat tidak mengajakmu berkeliing menaiki motor saat pergi dan sepulang bekerja. “ayah.. mbe mbem mbem” kemudian kau menangis menjerit dan ayah pergi denganterburu buru mengejar pekerjaan . Maafkan kami. Tentu, itu akan menjadi penyesalan seumur hidup kami nanti walaupun kami melakukan hanya beberapa kali. Tapi sungguh,kami dalam kelelahan yang teramat sangat. Oleh karena itu, 1 tahun kesalahan dan kelalaian kelalaian kami ini, mohon kiranya untuk di ikhlaskan, dmaaafkan dan kami berjanji akan memperbaiki diri untuk terus sekuat tenaga tanpa kenal lelah agar kau bahagia selalu.
Anakku, setelah kau melihat video ini,kami menitipkan pesan yang mungkin saja kami tidak sempat menyampaikannya secara langsung saat kau dewasa. Entah kami lupa, atau kami sudah tidak lagi disisimu. Kami tak mengharapkan putra yang sempurna, kami hanya ingin kau tumbuh menjadi anak yang baik. Nak, kegagalan adalah perkara yang tidak akan bisa kamu hindarkan. Menakutkan? Tentu saja. Jangankan kamu, kami pun merasakan hal yang sama. Kami takut berbuat salah dan gagal membesarkanmu menjadi manusia yang baik. Tapi kami menolak menyerah. Terus berusaha sekuat tekad untuk kebaikanmu. Jika menurutmu kami gagal dalam membesarkanmu, tolong bantu kami melengkapi keinginan ayah dan ami ini,jadilah anak yang baik.
Nak,Janganlah takut untuk berbuat salah tetapi yang perlu kau hndari adalah berniat melakukan kesalahan. Karena kesalahan yang tidak kau sengajai, adalah konsekwsni hidup dan engkau harus bisa belajar dari kesalahan kesalahanmu.
Nak, jangan tertipu dengan iming-iming bahagia didunia ini. Hidup telah terbagi porsinya, suka, duka, luka, semua dijamin ada. Karena kamu hidup, kamu harus merasakan semuanya. Satu hal yang bisa kamu lakukan adalah bertahan dan tetap berjalan. Bagaimana caranya? bersyukur dan ikhlas.
Belajarlah dari apapun yang terjadi padamu dan siapapun yang berada di sekelilingmu. Cintai mereka. Apa adanya dan bagaimanpun mereka. bahkan kelak,kau akan tetap berhutang & berbalas budi pada orang yang bahkan tak pernah kau cintai sekalipun.
Nak, kelak, ketika engkau sudah dewasa, jangan segan untuk menangis. Bolehkah laki-laki menangis? Boleh nak. Bagi kami tangismu adalah wujud kemanusiaanmu. Air matamu adalah bukti kemampuanmu mengalahkan egomu. Dan ingat ini nak, Saat kamu tak lagi merasa malu mengeluarkan air mata dan tampak lemah di depan seorang wanita, maka kenalkan ia pada ayah & ami. Dialah yang diciptakan Tuhan menjadi penyeimbang hidupmu.
Nak, Saat membaca tulisan ini tentu kamu sudah cukup dewasa, sehingga ayah & ami sudah bisa percaya kamu bisa menjalani hidupmu sendiri. Meski demikian, jangan pernah lupa, kami akan selalu ada untukmu kapanpun kamu merasa lelah dan ingin pulang.
Nak.:
Ibumu adalah seorang yang rela mengorbankan nyawa untuk Melahirkan anaknya. Tapi, seorang ayah rela bertukar hidup dan mati demi anak dan istrinya. Kami tak mengharapkan engkau membalas budi kami, kami hanya ingin kau menjadi anak yang dapat menghargai orang tua di manapun, diseluruh dunia. Dan kelak, jadilah orang tua yang membesarkan anak bukan karena iba, cintai anak anakmu karena Allah. Ikhlas dan berjuanglah..
kami yang menyayangimu. Orangtuamu.
M.Mansyur dan Umi Rojiati